Knowledge is power but character is more. Ilmu pengetahuan adalah utama, tetapi karakter (moral) lebih utama. Pengetahuan atau prestasi akademik tak akan bermakna tanpa moral atau akhlak yang mulia. Apalah gunanya pengetahuan yang luas jika pribadi kita sempit, egois, dan jauh dari etika moral yang mulia. Adalah kewajiban kita membuktikan karakteristik ilmu padi. Semakin tumbuh tinggi, semakin merunduk. Semakin tinggi pengetahuan semakin rendah hati dan menjadi teladan bagi masyarakat baik dalam segi pemikiran maupun tindakan. Pribadi yang jujur, disiplin, dermawan, dan egaliter adalah sebagian akhlak mulia yang wajib dimiliki oleh duta masyarakat (pemuda). Jangan berbicara memperbaiki bangsa dan negara jikalau memperbaiki pribadi pun tidak mau.
Potensi pemuda sungguh besar. Namun, Potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam; ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang yang menggenggam pedang itu-lah yang menentukannya. Pedang yang tajam terkadang digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab dan tidak bisa menjalankan peran kultural dalam kehidupan masyarakat, ketajaman pedang itu akan membawa manfaat. Demikian juga dengan potensi pemuda. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-pemuda yang berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.
Inilah saatnya moral yang baik dibuktikan dengan karya-karya asli anak bangsa lewat Festival Film Independen sebagai wujud kepedulian dan peran pemuda dalam membangun bangsa. Walaupun cakupan Film Independen hanya terbatas pada wilayah Jawa Tengah dan DIY, tetapi kegiatan ini bukan berarti menjadikan kita primordial. Justru sebaliknya, kecintaan akan budaya daerah sendiri pada akhirnya akan juga melahirkan kecintaan pada budaya bangsa secara menyeluruh.
Hal yang sangat penting dan perlu diingat bahwa kita perlu khawatir karena potensi pemuda mulai diracuni dengan racun yang terus disebarkan oleh orang yang tidak bertangung jawab. Mereka meracuni anak bangsa ini dengan budaya yang tidak mendidik, seperti penampilan glamor yang jauh dari adat ketimuran. Media yang tidak mendidik, membuat kehidupan 85 persen pemuda kita sudah diracuni dengan budaya yang disebarkan negara Barat.Belum lagi racun yang luar biasa bahayanya, yakni narkoba yang peredarannya kini sangat memprihatinkan. Hal itu yang harus dilawan oleh pemuda yang masih bisa bertahan dengan fungsinya saat ini: Pemuda sebagai pengubah bukan diubah. Lewat film mari kita ciptakan pemuda-pemudi yang memilki kepedulian yang paling tinggi untuk bangsa. Bangsa tanpa pemuda seperti tubuh tanpa jiwa, akan terasa hampa dan mati. Taufik Abdullah menyebut kehadiran pemuda bukanlah semata-mata gejala demografis, tetapi juga sosiologis dan historis, yaitu bahwa munculnya generasi muda tidak hanya mengisi sebuah generasi baru dalam sebuah masyarakat tetapi juga merupakan subjek potensial bagi sebuah perubahan pada masyarakat itu sendiri. Cita-cita dan niatan tulus untuk dapat berkontribusi dalam membangun Bangsa, serta berharap mendapat perhatian dan dukungan dari semua pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar