Jumat, 14 November 2008

PERUBAHAN WAKTU KEGIATAN

Sehubungan ada sedikit permasalahan, maka kami mohon maaf kepada kawan-kawan yang bermaksud mengikuti kegiatan Festival Film Indie Purwokerto.

Dengan ini kami informasikan kembali bahwa jadwal pemutaran film, workshop, dan penganugerahan yang semula tanggal 27-28 November, diganti tanggal 24 dan 25 November 2008.

Acara Pemutaran film dilaksanakan pada tanggal 24 November, pukul 20.00 wib.

Adapun untuk acara Workshop dilaksanakan tanggal 25 November, Pukul 14.00 wib.

Biaya untuk Workshop: Pelajar Rp. 15.000

Umum Rp. 20.000

fasilitas : Sertifikat, Perdana IM3, snack, dan ilmu tentang perfilman

Pembicara : Ahmad Tohari (budayawan Banyumas), mas Budi dari Jogja (Juri festivasl film indie se Asia).

Adapun acara penganugerahan tanggal 25 November 2008 pukul 19.00 wib.

Acara dimeriahkan oleh penampilan band-band lokal (Retro Brur, Bikini Bottom), serta ada pula penampilan dari para dancer.

Demikian pemberitahuan ini, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Sabtu, 08 November 2008

Sabtu, 01 November 2008

PENGUMUMAN FESTIVAL FILM SE-JATENG DAN DIY

Pendaftaran dibuka mulai tanggal 6-19 November 2008 Syarat-syarat:

1. Tema kebudayaan (dalam arti luas)

2. Materi film tidak melanggar hak cipta

3. Tidak mengandung unsur yang berbau SARA

4. Mengisi formulir pendaftaran

5. Hak cipta ada pada peserta

6. masa produksi mulai tahun 2005 sampai sekarang, dengan mencantumkan pada karya

7. Durasi max 30 menit (dapat juga berbentuk dokumenter)

8. Karya belum pernah dipublikasikan, nominasi dalam lomba, maupun menjadi pemenang lomba

9. Film dikirim ke panitia dalam bentuk CD atau DVD (rangkap 2)

10. Karya yang dikirim menjadi milik panitia dan tidak dikembalikan

11. Biaya pendaftaran Rp. 15.000 12. Batas akhir penerimaan karya tanggal 19 November 2008

Kategori pemenang:

- film terbaik

- editing terbaik

- ide cerita terbaik

- penyutradaraan

- film terfavorit

Hadiah berupa Thropy, sertifikat, dan uang pembinaan

Formulir pendaftaran dapat diambil di sekretariat panitia: Wisma Galindra Jalan Cendrawasih No. 15 Rt 01 Rw 07 Kode Pos 53122, Kecamatan Purwokerto Utara, Purwokerto-Banyumas, Jateng.

Formulir juga dapat diambil di tempat-tempat yang ditunjuk panitia dan official partner Purwokerto Indie Movie Festival Se-Jateng dan DIY

Nomor Telp. : (0281) 628476

Contact person : Ita (081 327 432 9500)

ERWIN (081 327 739 225 atau 085 726 170 098)

Formulir dapat diambil di sekretariat panitia atau dapat didownload di sini formulir-ffi atau dapat juga di download di http://formabas.wordpress.com

PEMBAYARAN BIAYA PENDAFTARAN

dapat dibayar langsung di sekretariat panitia atau ditransfer melalui rekening BNI Cabang Purwokerto Nomor rekening: 0119325391 atas nama Bambang Setya Budi

informasi lebih lanjut dapat ditanyakan melalui CP di atas atau email : filmindie_formabas@yahoo.co.id wibiono_crb@yahoo.co.id

Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penyelenggaraan kegiatan festival film ini adalah

  1. Sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap budaya Indonesia yang semakin terdegradasi di era globalisasi seperti sekarang.

  2. Sebagai wadah menyalurkan segala ide dan kreatifitas seni para generasi muda.

  3. Meningkatkan peran serta generasi muda dalam mengisi pembangunan dengan kegiatan yang positif.

Saatnya Pemuda Berkarya

Knowledge is power but character is more. Ilmu pengetahuan adalah utama, tetapi karakter (moral) lebih utama. Pengetahuan atau prestasi akademik tak akan bermakna tanpa moral atau akhlak yang mulia. Apalah gunanya pengetahuan yang luas jika pribadi kita sempit, egois, dan jauh dari etika moral yang mulia. Adalah kewajiban kita membuktikan karakteristik ilmu padi. Semakin tumbuh tinggi, semakin merunduk. Semakin tinggi pengetahuan semakin rendah hati dan menjadi teladan bagi masyarakat baik dalam segi pemikiran maupun tindakan. Pribadi yang jujur, disiplin, dermawan, dan egaliter adalah sebagian akhlak mulia yang wajib dimiliki oleh duta masyarakat (pemuda). Jangan berbicara memperbaiki bangsa dan negara jikalau memperbaiki pribadi pun tidak mau.

Potensi pemuda sungguh besar. Namun, Potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam; ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang yang menggenggam pedang itu-lah yang menentukannya. Pedang yang tajam terkadang digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab dan tidak bisa menjalankan peran kultural dalam kehidupan masyarakat, ketajaman pedang itu akan membawa manfaat. Demikian juga dengan potensi pemuda. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-pemuda yang berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.

Inilah saatnya moral yang baik dibuktikan dengan karya-karya asli anak bangsa lewat Festival Film Independen sebagai wujud kepedulian dan peran pemuda dalam membangun bangsa. Walaupun cakupan Film Independen hanya terbatas pada wilayah Jawa Tengah dan DIY, tetapi kegiatan ini bukan berarti menjadikan kita primordial. Justru sebaliknya, kecintaan akan budaya daerah sendiri pada akhirnya akan juga melahirkan kecintaan pada budaya bangsa secara menyeluruh.

Hal yang sangat penting dan perlu diingat bahwa kita perlu khawatir karena potensi pemuda mulai diracuni dengan racun yang terus disebarkan oleh orang yang tidak bertangung jawab. Mereka meracuni anak bangsa ini dengan budaya yang tidak mendidik, seperti penampilan glamor yang jauh dari adat ketimuran. Media yang tidak mendidik, membuat kehidupan 85 persen pemuda kita sudah diracuni dengan budaya yang disebarkan negara Barat.Belum lagi racun yang luar biasa bahayanya, yakni narkoba yang peredarannya kini sangat memprihatinkan. Hal itu yang harus dilawan oleh pemuda yang masih bisa bertahan dengan fungsinya saat ini: Pemuda sebagai pengubah bukan diubah. Lewat film mari kita ciptakan pemuda-pemudi yang memilki kepedulian yang paling tinggi untuk bangsa. Bangsa tanpa pemuda seperti tubuh tanpa jiwa, akan terasa hampa dan mati. Taufik Abdullah menyebut kehadiran pemuda bukanlah semata-mata gejala demografis, tetapi juga sosiologis dan historis, yaitu bahwa munculnya generasi muda tidak hanya mengisi sebuah generasi baru dalam sebuah masyarakat tetapi juga merupakan subjek potensial bagi sebuah perubahan pada masyarakat itu sendiri. Cita-cita dan niatan tulus untuk dapat berkontribusi dalam membangun Bangsa, serta berharap mendapat perhatian dan dukungan dari semua pihak.

Budayaku Sayang

Tempus mutantur, et nos mutamur in illid. Waktu berubah dan kita ikut berubah juga di dalamnya. Demikian pepatah Latin kuno yang mungkin masih kita temukan aktualitasnya sampai sekarang. Waktu berubah dan cara-cara manusia mengekspresikan dirinya, menelusuri jejak pencarian makna tentang siapakah dirinya, orang lain dan dirinya bersama orang lain (masyarakat juga berubah). Jika dikatakan bahwa tidak ada yang tetap di dunia ini mungkin yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri. Begitu juga dengan budaya atau kebudayaan (culture). Seturut konteks zaman yang berubah, orang-orang dengan alam pikir dan rasa, karsa dan cipta, kebutuhan dan tantangan yang mengalami perubahan, serta budaya pun ikut berubah.

Ketika kita berbicara perubahan apalagi tekait dengan budaya, sebelumnya kita harus tahu budaya seperti apa yang berubah. Kalau kita melihat budaya sebagai satu corak khas yang memang harus dijaga dan dilestarikan maka perubahan atas diri budaya tersebut sebisa mungkin dicegah jangan sampai mengalami perubahan. Kalaupun mengalami perubahan, mungkin yang lebih tepatnya kita memodifikasi atau merubah bentuk luarnya saja, substansi dan nilai budaya itu sendiri tidak perlu dirubah.

Salah satu wujud dari usaha mempertahankan eksistensi budaya sendiri, dalam hal ini adalah budaya asli milik bangsa Indonesia, maka kami yang tergabung dalam kepanitiaan Festifal Film Independen mencoba untuk menjebantani rasa kepedulian dan rasa kecintaan kepada budaya melalui film. Rasa cinta tanpa ada wujud yang konkrit adalah dusta. Apa lagi kita memasuki era globalisasi yaitu jaman dimana kita dituntut bersaing dengan budaya dan peradaban luar secara bebas. Kita tentu tidak menginginkan peristiwa seperti Ambalat, Sipadan dan Ligitan terulang lagi, apalagi ditambah dengan kasus pengklaiman sepihak atas budaya asli Indonesia atas Reog Ponorogo oleh Malaysia. Kejadian ini merupakan indikator bahwa rasa memiliki atas kebudayaan asli Indonesia mengalami degradasi, sehingga pada akhirnya kita kecolongan. Perlu adanya satu titik balik tentang kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Bangsa, budaya kita tercinta. Festival Film Independen hadir bukan sebagai satu tren dalam ranah modern seperti sekarang ini, Festival Film Independen hadir sebagai wujud dari apresiasi jiwa-jiwa para generasi penerus bangsa yang benar-benar memiliki kepedulian terhadap kondisi budaya Indonesia yang semakin dianak tirikan.