Sabtu, 01 November 2008

Budayaku Sayang

Tempus mutantur, et nos mutamur in illid. Waktu berubah dan kita ikut berubah juga di dalamnya. Demikian pepatah Latin kuno yang mungkin masih kita temukan aktualitasnya sampai sekarang. Waktu berubah dan cara-cara manusia mengekspresikan dirinya, menelusuri jejak pencarian makna tentang siapakah dirinya, orang lain dan dirinya bersama orang lain (masyarakat juga berubah). Jika dikatakan bahwa tidak ada yang tetap di dunia ini mungkin yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri. Begitu juga dengan budaya atau kebudayaan (culture). Seturut konteks zaman yang berubah, orang-orang dengan alam pikir dan rasa, karsa dan cipta, kebutuhan dan tantangan yang mengalami perubahan, serta budaya pun ikut berubah.

Ketika kita berbicara perubahan apalagi tekait dengan budaya, sebelumnya kita harus tahu budaya seperti apa yang berubah. Kalau kita melihat budaya sebagai satu corak khas yang memang harus dijaga dan dilestarikan maka perubahan atas diri budaya tersebut sebisa mungkin dicegah jangan sampai mengalami perubahan. Kalaupun mengalami perubahan, mungkin yang lebih tepatnya kita memodifikasi atau merubah bentuk luarnya saja, substansi dan nilai budaya itu sendiri tidak perlu dirubah.

Salah satu wujud dari usaha mempertahankan eksistensi budaya sendiri, dalam hal ini adalah budaya asli milik bangsa Indonesia, maka kami yang tergabung dalam kepanitiaan Festifal Film Independen mencoba untuk menjebantani rasa kepedulian dan rasa kecintaan kepada budaya melalui film. Rasa cinta tanpa ada wujud yang konkrit adalah dusta. Apa lagi kita memasuki era globalisasi yaitu jaman dimana kita dituntut bersaing dengan budaya dan peradaban luar secara bebas. Kita tentu tidak menginginkan peristiwa seperti Ambalat, Sipadan dan Ligitan terulang lagi, apalagi ditambah dengan kasus pengklaiman sepihak atas budaya asli Indonesia atas Reog Ponorogo oleh Malaysia. Kejadian ini merupakan indikator bahwa rasa memiliki atas kebudayaan asli Indonesia mengalami degradasi, sehingga pada akhirnya kita kecolongan. Perlu adanya satu titik balik tentang kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya Bangsa, budaya kita tercinta. Festival Film Independen hadir bukan sebagai satu tren dalam ranah modern seperti sekarang ini, Festival Film Independen hadir sebagai wujud dari apresiasi jiwa-jiwa para generasi penerus bangsa yang benar-benar memiliki kepedulian terhadap kondisi budaya Indonesia yang semakin dianak tirikan.

Tidak ada komentar: